Selasa, 30 Juni 2009

KETIKA SANG HUJAN MERINDUKAN PAWANG-NYA...


Apa kabarmu Dzik ? ......
Aku masih ingat kala itu disiang hari bolong telepon gantung butut berwarna hijau tua terus berdering di kosku. Kala itu aku baru menginjak semester tiga. Nah ini adalah kos pertamaku yang bisa dibilang cukup membuat tidak nyaman. Karena aku selalu bersitegang dengan ibu kosku yang kebetulan tinggal satu kos denganku. Mulai dari temen menginap, rendaman cucian sampe asset kos yang kadang cepet rusak dan kami harus menanggungnya. Nah yang membuat terkadang aku sering keki itu tuh para serdadu - serdadu kecil alias tuyul – tuyul kecil yang tak salah lagi adalah cucu – cucu ibu kosku. Tiada hari tanpa berisik, bertengkar dan gaduh. Cukup mengganggu ketenanganku dan membuyarkan konsentrasiku saat berkhayal bertemu dengan Nirina Zubir yang tak salah adalah cewek idolaku hihihihi...Kembali lagi pada telepon yang terus berdering. Sesaat kemudian terdengar ibu kosku mengangkatnya. ”Mas Krisnaaaaa ada telepon dari temenmu ki lo....!!!” wah ibu kos ku ini salah lagi menyebut namaku yang sebetulnya adalah Kresno. Hehehehe tapi gapapa untung kesalahan itu terdengar sedikit lebih keren ketimbang Kresno yang njawani banget.
Setelah ku angkat terdengarlah suara yang tak asing lagi namun lupa – lupa ingat. ”Hallo bang pa kabar masih ingat gak??” ah aku lupa...tapi ko nadanya kayak dari riau ya...Aku semakin penasaran. Akhirnya dengan bangga dia menyebutkan namanya ”aku Zikri Amrullah”. Nah itulah awal mula pertemuan kita di Jogja setelah sekian lama kami terpisah karena orang tuaku harus pindah tugas dari Dumai menuju Jakarta. Kenyataan itulah yang memisahkan kami. Aku cukup terharu karena Zikri masih mengingatku. Disinyalir, dia sebelumnya bertemu dengan Ijal teman satu kosku yang merupakan teman satu SMUnya. Mereka lalu saling bertukar informasi sampai pada bertukaran no telp kos. Maklum lah saat itu HP adalah barang mahal yang kami belum bisa menjangkaunya.
Akhirnya pertemanan kami pun makin kompak. Apalagi Zikri sekarang satu kos denganku. Sampai pada saat aku harus bergabung dengan para pemuda – pemuda harapan bangsa yang mengaku pemuda seksi nan keren di kontrakan komplek Jambusari, Zikri pun setia menghampiriku di kontrakan itu. Selain menghampiriku, Zikri juga sudah kenal baik dengan Helmon dan Eka. Maka itu dia sangat betah berlama – lama di kontrakan kami. Oiya hampir lupa, kenapa sih Zikri dipanggil pangeran kodok?? Memang sih cukup menyakitkan mendengarnya. Namun bagi Zikri itu adalah kebanggaan apalagi sehari – hari dia dipanggil ”pangeran” wuiiihhh...tapi sebutan belakangnya yang bikin gubrakkk orang. Adalah ”Kodok” hahahaha....Tapi jarang banget kami melanjutkannya karena kami selalu memanggil dia pada sebutan depannya saja. Kecuali kalo ada yang nanya ”Mas..nama temennya itu bener pangeran toh??” Nah baru aku jelaskan, ”Lengkapnya Pangeran Kodok mba..!” mba – mba penjaga warung makan itu langsung terpingkal – pingkal wakakakakakakkkk..Peace Zik.
Rambut ikal tebal, kumis lebat, jenggot lebat, brewok juga lebat apa aja yang berhubungan dengan rambut pokoknya lebat (kata dia, dia tuh mirip Gatuso gelandang bertahan milan), kacamata bundar menghiasi wajahnya, perawakannya gak seimbang dengan tampang sangarnya yang serba tebal. Tubuhnya kurus dan rada ceper hehehehe... peace. Nah yang khas dari dia itu adalah cara dia jongkok pada pagi hari kayak katak menanti datangnya hujan. Dengan telanjang dada, celana pendek, sebatang rokok di tangannya dia jongkok di pinggir pagar kontrakan sambil asik melihat helmon mencuci mobil. Nah kebiasaan itulah yang membuatnya lulus dari gelar Pangeran kodok. Boleh percaya atau ngga, setiap dia sudah pegang gitar kami selalu menyetopnya karena nyanyiannya dapat mendatangkan hujan. Bener lo..Entah kebetulan atau tidak pernah ada kejadian saat dia asik melantunkan lagu the moffat dan sheila on 7 andalannya, dengan penuh peresapan dan suaranya yang lantang kami langsung menyetop. ” Stop zik kami baru nyuci mobil nih!! nanti hujan!!” celetuk Rabun dan helmon. Zikri hanya tersenyum hehehehe..nah sesaat kemudian hujan pun turun..Berrrrrrrrrrrrrrrrr
....tik tik tik tik.......”Yaahhh kan beneran....” Zikri pun tertawa puas.
Tak jarang juga banyak yang memanfaatkannya. Apabila cuaca panas dan terik, kami pun mendukung senandung zikri. ” Ayo zik nyanyi..panas nih...ayooo...” Keuangan kami yang pas – pasan menyebabkan kami berfikir dua kali untuk menyatroni bakul es kelapa muda khas Brebes. Nah harapan kami satu – satunya adalah Zikri sang Pangeran Kodok. Sambil sibuk menyiapkan beberapa buku lagu koleksiku, aku merelakan bang pepen (gitar Fender bolong kesayanganku) untuk di dekap mesra dan dipetik oleh Pangeran eh salah.... Zikri maksudku hihihii... Aku harus rela membersihkannya nanti setelah itu, karena di bodi gitarku pasti tersisa cap ketek Zikri yang selalu membekas bak stempel kelurahan. Zikri pun bersiap – siap untuk melantunkan sebuah lagu yang dia pilih dari buku lagu milikku itu dengan telanjang dada. Adalah lagu Shepia milik Sheila on 7 yang dia pilih. Zikri dan aku kebetulan penggemar setia Sheila on 7. Kami pun duduk mengitari Zikri sambil menikmati alunan dan suaranya yang bisa membuat lagu sedih menjadi seperti lagu parodi yang lucu. Tapi ndak apa lah yang penting hujan turun menyejukan kami semua. Nah sesaat kemudian mendung pun datang dan kami terkagum – kagum. ”Makasih zik hujan dah turun tuh..sekarang stop...aku mau tidur..” celetuk ku..”Yah giliran dah turun aku di tinggalin kalian...” balas zikri. Hahahaha....
Hampir setiap hari hari – hariku di warnai oleh Zikri yang sudah kuanggap saudara sendiri. Pahit manisnya kehidupan kos kami lalui sama – sama. Kamarku sudah seperti kamar dia sendiri. Bahkan aku sangat percaya sama dia. Semisal kalo aku pulang kampung Zikri selalu menengok kondisi kamarku. Pokoknya best bro deh...Eh lucu – lucu gitu dia tuh rajin sekali beribadah dan mengaji..Kadang terharu aku mendengar suaranya melafadzkan ayat – ayat suci Al-Qur’an. Eits... ga hujan lo hehehehe... Kedamaian selalu terpancar saat itu. Setelah itu biasanya kami selalu share, curhat, beli makan bareng, saling utang mengutang.
Sampai pada saat aku tidak lagi mendengar kabarnya dan senandungnya lagi. Entah kenapa dia berubah sangat drastis. Teman – teman yang lain juga merasakan demikian. Menghilangnya Zikri membuat pertanyaan di benak kami. Ada apakah gerangan?? Tidak ada masalah apa – apa antara kami. Hari – hari berjalan begitu indah tanpa ada masalah yang berarti. Tetapi seakan semua itu tidak ada bagi dia. Begitu mudahnya Zikri melupakan kami semua. Terdengar kabar dia telah menjadi pengusaha ruko. Tetapi beberapa teman menemuinya dan Zikri selalu menghindar. Termasuk aku yang mencoba untuk menghubunginya dan menemuinya. Zikri seakan tidak lagi mengenalku yang pernah berjuang bersama dalam suka maupun duka. Sampai – sampai aku harus menghubungi orang tuanya untuk menanyakan kabarnya. Sampai pada saat suatu saat nanti kami berkumpul lagi tanpa senandung, dan senyuman hangat dari seorang teman itu. Zikri, dimanapun kamu berada, kami semua mohon maap atas lebih kurangnya saat – saat kita selalu bersama. Walaupun kamu tidak akan mengingat kami lagi, tapi setidaknya kami berharap dihatimu telah tersimpan kenangan manis yang akan kamu kenang suatu saat nanti..

Salam dari kami Kheno, Helmon, Eka, Rabun, Andi dan Segenap ex penghuni APH -13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar