Kamis, 02 Juli 2009

Saat aku menapaki 7 tangga nada

Inilah saatnya aku mengepakan sayap di blantika music jogja, siapa tau aja peruntungan ada dipihakku. Aku terlahir di tengah - tengah keluarga musisi. Konon kakekku adalah pemimpin grup gending jawa yang terkenal di era nya, bapakku seorang gitaris dan ibuku adalah vocalistnya. Bak anang dan krisdayanti deh.. Konon kakekku adalah pemimpin grup gamelan yang cukup terkenal. Aku bermain gitar dari kelas satu SMP sampai sekarang dan mungkin selamanya. Karena, ya Cuma itu yang lumayan aku kuasai. Setelah sekian lama malang melintang di dalam band ecek – ecek yang hanya main di acara kantor bokap, festival local, Agustusan kelas RT, acara hajatan, inilah saatnya aku mulai mengepakan sayap kecilku untuk merambah dunia music di jogja.
Siang itu hari rasane panas tenan… Sampe – sampe aku harus melepas bajuku yang melekat ditubuhku.. ciaaaaattt nah..Nampaklah tonjolan – tonjolan rusuk yang menghiasi tubuhku. Huuuhhh GANTENG nih alias Gaya Tengkorak. Setelah itu, aku mengeluarkan gitar listrik baruku pemberian bapakku. Gitar Ibanez lokal warna merah mengkilap dengan amplifier yang menamakan diri sang pangeran (Prince) dan efek bermerk ax1500 toneworks. Lumayan lah buat senjata dalam berkarya. Sambil berkhayal bak Paul Gilbert aku mencoba memainkan instrument asal bunyi yang penting sangar. Seperti biasa Helmon dan Andy yang setia memantauku dan sesekali memberikan sedikit pujian dan dihiasi beberapa celaan selalu setia memandangi jari jemariku yang kata mereka lentik bagai kaki – kaki keong.
”No itu lagunya siapa sih?” tanya Helmon.
”Dengarkan aja mon gak usah banyak protes” jawabku.
”Ko dari tadi tak ada nyanyinya?” tanya Andy lagi.
”Ini namanya guitar solo ndi!” Jawabku.
Huuuhh kapan bisa konsennya nih...Nanya – nanya mulu kayak clinik gitar aja. Datanglah Rabun secara tiba – tiba.
”Betewe berapa wattnya tuh?? Berarti iuran listrik lu nambah..”
Akupun terdiam secara tiba – tiba.. Waduuhh tagihan listrik sudah menanti neh. Gubrakk!!
Sesaat kemudian datanglah sesosok tubuh yang sudah lama ku kenal sejak aku tinggal di Riau.
”Watsap bro.. pa kabar neh ahli – ahli kubur...!!”
Itulah gaya sapaannya yang hangat terhadap kami setiap kedatangannya yang seperti jailangkung (datang tak diundang pergi tak diantar). Dengan membawa nasi bungkus yang dia beli di warung depan, dia langsung mencari posisi aman dan terkendali untuk menyantapnya. Sayang sungguh sayang yang dia bawa hanya sebungkus. Seperti biasa terucaplah kata maap darinya untuk yang kesekian kali ” Maap yah Cuma sebungkus”. Kami pun serompak menjawab ”ya!!”. Nah nah, aku lupa lagi memperkenalkan makhluk ini. Namanya Key dia kakak kelasku di kampus. Style nya mirip Ariel Peterpan tapi tampang dan face tak mendukung hahaahhaa... Nah rambutnya itu termasuk korban sindrome smoothing hahaha... Dia sangat ahli menciptakan lagu. Walau akupun bisa menciptakan lagu, ku akui karya dia lebih bagus dariku. Tak jarang aku lebih menyukai karyanya ketimbang karyaku sendiri.. Secara otomatis grombolan si berat yang mengerumuniku sekejap memberikan ruang untuk mas Key yang sepertinya ingin menyampaikan berita penting terhadapku.
”Hoooiii mon bun ndi kalo beli makan titip ya!!” Aku menyambar di tengah langkah mereka yang berbarengan.
”Ya...!!”. Jawab mereka kompak.
”No aku ada lagu – lagu baru nan bagus no, aku baru aja ciptain” Mas Key tiba – tiba menyodorkan secarik kertas dengan berhati – hati karena telapak tangannya 70% terkena santan makanan padang. Aku yang sejenak memandangi makanan mas Key yang kelihatan nikmat langsung terkaget – kaget. Air liur yang tadinya hampir keluar, terpecahkan oleh suara mas Key.
”Eh iya mas ada apa??” jawabku.
”Yah kamu ngiler ya? Parah kau nok...!!”
”Tuh baca syairnya!!”.
Aku segera membaca sedikit syairnya dan hmmmmm puitis juga nih makhluk.
”No aku kesini mau menawarkan diri buat bergabung di Bandmu untuk menggarap proyek ini, gimana??” Tanya mas Key.
Memang sih aku baru saja membentuk band yang bernama Phena. Band ini dimotori aku dan Dede sebbagai guitars, Indra sebagai Drumer, Guntur sebagai vocal dan Ryan diposisi bass. Kami baru melangkah sebatas latihan – latihan di studio tanpa ada sekalipun mengikuti event – event yang ada. Nah untuk menambah personel, tentunya aku harus mengadakan meeting dulu dengan yang lain. Terdengarlah suara langkah gerombolan si berat. Akhirnya datang juga... Tapi aku tidak melihat satupun bungkusan yang ditenteng.
”Wah mana makananku??” tanyaku.
”Buanyak no dirumah makan. Ada udang, ikan, ayam, empal sayur dan lain –lain” jawab Helmon.
“Iya tapi mana?!” tanyaku lagi dengan berkaca – kaca.
“Lah kalo nitip pake omongan, berarti pulangnya Cuma bawa omongan..hahahahahaha” jawab Rabun.
”Kalo titip pake barang (duit), pulangnya ya bawa barang juga (makanan)...hahahahahahaa” jawab helmon.
”Kau kan Cuma titip pake omongan no, ya yang kami bawa omongan juga hahahaaha....”. Celetuk Andy lagi.
Beuuuhhhh badanku pun lemes gontai seperti bunga yang kekurangan cairan. ”Sungguh teganya teganya teganya teganya...” Mendadak dengan reflek aku menyanyikan lagu itu.
Malamnya aku mengadakan rapat dengan semua anggota bandku. Dan hasilnya ”OK!” mas Key diizinkan masuk tanpa test. Wah wah wah...tanpa test bo.. Akhirnya kami pun mengadakan latihan pemanasan dengan membawakan lagu – lagu yang populer kala itu. Guntur pun merelakan berbagi vocal dengan mas Key karena posisi mereka sama – sama sebagai vocalist. Wah Yovi and The Nuno dong.. Sampai pada titik dimana kami harus menentukan arah bermusik. Oleh karenanya diadakanlah Rakor (Rapat Kordinasi) kecil – kecilan dengan suguhan rokok sebungkus untuk bersama, 6 bungkus es teh dan beberapa helai gorengan yang dananya dari hasil sumbangan sukarela kami. Belum mulai, gorengan pun ludes tak tersisa. Akhirnya disimpulkan bahwa kami sepakat untuk merekam karya – karya mas Key yang kami semua menyukainya. Tetapi harus melewati tahap aransemen dan latihan – latihan dulu agar dana yang dikeluarkan nanti tidak sia – sia. Mas key juga mengajukan diri untuk menjadi ketua di Band itu dan kami menyetujuinya. Namun di benakku ada sedikit ganjalan dan bantahan. Aku ngerasa band ini masih kecil dan ecek – ecek. La wong semuanya masih serba patungan. Aku rasa Kami belum perlu menunjuk siapa yang menjadi ketua, dan siapa yang menjadi anggota. Kayak Koperasi aja ya.. Kami hanya menginginkan kekompakan dan jam terbang yang tinggi. Bukannya struktur anggota seperti ini. Yah sebagian orang mungkin setuju dengan pendapat mas Key. Tapi bagiku, belum saatnya kami seperti itu. Karena suara terbanyak menyetujuinya, maka mau ga mau aku harus sependapat.
Bulan ke bulan kami hanya membawakan lagu ciptaan mas Key. Asik juga sih karena emang enak lagunya. Tapi rasa rinduku kepada rock n roll terus berderu dalam hati bak lokomotif tua yang mengepulkan asap tebal dan menderukan suara tuuutt tuutt tuut seiring kentutku yang berbunyi tapi untungnya kalah dengan suara sound yang jlgarrrr jlgeeerrrrr.. Kami latihan Band sampai larut malam dan tentunya patungan untuk bayar studio dan beli sebungkus rokok. Malamnya aku pulang dan menemui saudara – saudara seatapku sudah terlelap dalam mimpi. Hanya seorang pangeran kodok alias Zicko alias Zikri yang setia menantiku sambil menatapi sinetron tengah malam kesayangannya. Karena kesibukanku ini aku jadi jarang kumpul dan banyak tertinggal gosip – gosip baru seputar kontrakan. Maap ya teman –teman plissss... Tapi bayar listriknya ga pernah telat ko. Cuma isi galon aja yang rada telat hehehehehehehe.. Maap ya...
Waktu demi waktu berjalan akhirnya mas Key memecat Indra dan Guntur tanpa alasan yang jelas. Aku merasa tidak enak dengan meraka. Saat itu aku harus memilih terus berkarya bersama phena karena menurutku perjalananku masih nanggung. Kami pun mencari seorang drumer dan alhasil kami mendapatkan seorang additional drumer untuk sementara. Hatiku kala itu masih berontak terlebih setelah dua teman kami harus hengkang. Tapi perasaan berontak itu lagi – lagi kalah dengan ambisiku yang kala itu menggebu – gebu ingin sekali merasakan rekaman sebagai tujuan band kami ini.
Akhirnya setelah berjuang sekian lama kami pun memutuskan untuk rekaman independent single di tempat studio rekaman komersil terdekat, tetapi berkualitas yahud loh.. Terbukti banyak band – band papan atas yang pernah merasakan studio itu. Setelah bergelut seharian dalam studio, akhirnya lagu kami pun jadi juga. Fyuuuuhhh lega rasanya dan bangga rasanya mendengarkannya. Tak salah lagi langsung aku pamerkan ke seisi penghuni kontrakan. Mereka pun memuji lagu itu dan memberikan suport kepadaku atas apa yang aku hasilkan. Duhhh makasih ya pren... Tak ayal lagi lagu ku ini menjadi charts di kontrakan dan type mobil Helmon dan Rabun. Pangeran kodokpun tak lupa mengumandangkan lagu itu dikala sedang memanggil hujan.
Setelah puas dengan hasil yang ada, akupun merasa aneh dengan keadaan band kami. Mengapa aku tak lagi di hubungi untuk seasson – seasson latihan.
”Tumben lu no ga sibuk latihan band?” tanya Eka.
”Iya no” tanya helmon yang asik mencuci mobilnya.
”Ga tau nih dah seminggu aku ga dihubungi mas Key”. ”Coba aja lu datangin dede..” Pangeranpun menimpal.
Serasa pemuda yang sedang risau akan tambatan hatinya aja nih. Akhirnya aku langsung menuju kosan dede untuk menanyakan masalah band kepadanya. Sesampainya disana, aku melihat ada mas Key yang sedang asik bersenandung ria. ”Woii watsap....piye kabare...” tanya mas Key.
” Mas ada planing apalagi neh..” tanyaku.
”Belum ada no..” jawab mas Key.
Setelah berjam – jam kami kumpul, akhirnya akupun pulang ke kontrakan. Tak satupun informasi yang kudapat perihal band. Yah mungkin kami butuh rehab sejenak. Sebulan tlah ku lalui tanpa ada jadwal khusus latihan.
Siang itu sepulangku dari kampus, aku langsung tergeletak di kasur depan tv yang sangat nyaman tetapi kempes. Sehingga badanku sakit saat mencoba menindih bak jagoan smackdown akan menindih lawannya. ”Aduhhh kutukupreeett.. sakit buanget”. Tiba – tiba Andi dan Rabun keluar dari sarangnya dan langsung memberikan selamat kepadaku. Dua pemuda itu memang selalu bersama – sama seperti Film Man In Black.”Ada apa nih?! Perasaan ultahku masih lama ko?! IPku pun masih belum memuaskan, wisuda?? Masih lama kaleeee” Jawab ku.
”Lagu kalian masuk chart Radio no” Andy bekata.
” Iya aku dengar tadi” timpal Rabun.
Wahh alhamdulilah ya Alloh... But siapa yang masukin??, ko aku tidak ada diberi info apa – apa?
” Tapi ko namamu tidak ada di sebut ya no?” tanya Rabun.
”Haahhhh!!!” aku menganga.
Malamnya kami pun menanti acara chart tersebut karena pada malam hari dibacakan lagi nominasi dan profil band yang masuk chart. Jarang sekali aku mendengarkan radio. Baru kali itu aku menanti – nanti acara radio.
Apa yang di bilang Rabun dan Helmon ternyata benar. Namaku tidak ada pada profil Phena band. Hanya suara gitar yang ku mainkan yang terdengar ditelinga seakan ingin berteriak memanggil – manggil tuannya yang dengan susah payah mengaransemen dan memainkannya. Saat itu hatiku hancur berkeping – keping. Emosi, sedih, dan penasaran jadi satu. Mengapa aku yang mati – matian mengaransemen lagu itu ko malah tidak dihargai. Malam itu juga aku langsung ngacir ke tempat dede. Sesampainya disana aku mendapati Phena band dengan formasi baru. Mereka sepertinya sedang berdiskusi serius bersama – sama. Diskusi itupun terpecah karena kehadiranku. Tanpa basa – basi aku langsung menanyakan apa yang sebenernya terjadi.
”Kalian gimana sih ko ngga sportif!!” tegasku.
”Watsap bro...duduk dulu sini..” celetuk mas Key tanpa dosa.
Sejenak orang – orang baru itu beranjak pergi menghindari harimau yang siap menerkam.
”Gini bro..gini...maap sebelumnya ya...Kami emang salah”.
Lah udah tau salah kenapa dilakuin juga ya kan....gumamku.
Dede kala itu hanya terdiam seribu bahasa dan mungkin dia merasa tidak enak terhadapku. Mas Key saat itu menawarkan nilai nominal sebagai ganti jasa ku selama ini. Aku yang memang kala itu sedang bokek berat alias tongpes ajaibnya menolak tawaran itu. Tanpa sadar, kata – kata bijakku pun terucap juga yang mungkin kalo ku praktekin lagi aku bisa malu xixixixiixi... Diiringi tiupan angin sepoy – sepoy, dan sedikit petikan gitar yang dimainkan dede, secara bersamaan tertiup juga aroma tak sedap yang berasal dari belakang tubuhku, aku pun berkata.
”Aku tidak pernah menghitung berapapun yang udah ku keluarkan untuk musik, berapapun waktu yang tersita untuk musik. Karena aku menjalankannya dengan tulus ikhlas, karena musik sudah terpaku didadaku. Hanya itu yang aku punya untuk kebanggan diriku dan hanya itu yang kupunya untuk kuberikan ke semua orang”. ” Kalian tidak akan bisa membayar semuanya. Tidak akan bisa...” ”Lihat saja nanti...waktu akan menunjukan siapa yang sepenuh hati dan siapa yang berkualitas suatu saat nanti” Tegasku di hadapan mas Key dan dede.
Akhirnya mas Key menjelaskan kenapa mereka melakukan ini semua. Menurutnya, aku terlalu aktif dalam memberikan bantahan – bantahan. Hal itu akan membawa keretakan band nantinya. Dalam satu band harus ada yang otoriter atau pemimpin dan tidak ada istilah dualisme. Itulah penjelasan dari mas Key.
Pemimpin?? Aku pun bertanya dalam hati.
Sesungguhnya aku tidak ada rasa untuk melangkah seperti itu. Akhirnya mereka meminta maap atas ketidak seportifan ini. Tanpa basa – basi aku pulang tanpa pesan. Malangnya nasibku.. Jeri payahku selama ini tidak dihargai sedikitpun. Tapi aku tidak akan jatuh dengan mudah seperti itu. Karena musik bagiku bukan untuk menyakiti tapi dinikmati.
Selang waktu berjalan, aku pun tidak lagi mendengar phena band. Terakhir ku dengar, dede pun bernasib sama sepertiku dan lagu itu berhasil pada charts posisi kedua di radio jogja yang cukup terkenal. Akupun tak tahu lagi kabar selanjutnya. Yang aku tahu, musikku tetap berjalan dan berkumandang pada band baruku yang kudirikan bersama teman – teman baruku. Band ini bernama Note Book. Aku sangat bersyukur karena mereka sangat menghargai karya – karya ku. Bahkan mereka mengusung karya – karyaku sebagai materi band. Panggung demi panggung kami lalui. Tidak hanya lagu sendiri, lagu orang baik lokal maupun manca kami babat untuk kebutuhan panggung. Sama seperti waktu di Phena, akhirnya kami menelurkan single – single melalui proses rekaman di studio yang sama. Bahkan ada satu lagu yang memakai suaraku. Judul lagu tersebut adalah ”semua kan berakhir”. Lagu ini kuciptakan berkisah tentang semangat dari seorang teman dikala kita jatuh, dikala kita sakit dan dikala apapun saat kita membutuhkan seorang teman. Lagu ini kupersembahkan untuk temanku Army di brebes (tetap semangat bro). Dan juga teman – teman seatapku...Thanks supportnya.
Karya kita adalah suara hati kita yang harus selalu kita nikmati karena itu adalah cerminan hidup kita. Karya kita adalah anak – anak kita, buah pikiran kita yang harus kita jaga dan kita pertahankan keberadaannya.
Semua kurasakan saat ku menapaki tujuh tangga nada............
Semoga ini semua bisa menjadi pelajaran hidup yang sangat berarti........

By Kheno Whine

1 komentar:

  1. Woooowwww...
    Eh! Eh! Follow www.jellylicious-jellylicious.blogspot.com ya?

    BalasHapus